Manifestasi nilai-nilai ahlus sunnah wal jamaah (Aswaja) dalam ibadah puasa sangatlah penting karena kita sebagai kaum Nahdliyiin (warga NU) perlu menyadari bahwa nilai-nilai Aswaja harus benar-benar inheren dan terinternalisasi dalam setiap pribadi warga NU. Antara NU dan Aswaja merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan.
Sebagai warga NU, jika tanpa akidah Aswaja tentu NU hanya nama dan topeng belaka. Eksistensi NU, Aswaja dan tanah air Indonesia adalah tiga serangkai yang saling terkait satu dengan lainnya. NU merupakan ormas terbesar yang diikuti oleh mayoritas umat Islam di wilayah NKRI dengan berdasarkan pada akidah Aswaja.
Dengan demikian, mayoritas Islam Indonesia adalah Islam Aswaja yang tercermin jelas pada Islam NU. Islam NU adalah Islam orang-orang Indonesia yang menganut paham Aswaja yang selalu berprinsip pada nilai-nilai dasarnya, yaitu al-tawazun (bertindak seimbang), at-tawassuth (berprilaku moderat), al-tasamuh (bersikap toleran) dan al-i’tidal (berpihak pada kebenaran). Keempat pilar ini sama sekali tidak bertentangan dengan bangsa Indonesia, pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, bahkan keempat prinsip dan nilai-nilai dasar Aswaja warga NU tersebut selalu menopang empat pilar bangsa Indonesia.
Berpijak pada keempat prinsip itulah warga NU menjalankan ajaran Islam, berbangsa dan bernegara Indonesia, hidup berdampingan dengan umat beragama lain dan bersikap toleran, baik antar umat beragama dan intern umat Islam. Dengan keempat prinsip dan nilai-nilai dasar Aswaja tersebut, para ulama NU menyatakan "Resolusi Jihad Melawan Penjajah".
Kembali pada manifestasi nilai-nilai Aswaja dalam ibadah puasa di bulan suci Ramadan, jika kita renungkan lebih mendalam, maka sangat terinternalisasi pada pribadi-pribadi orang yang berpuasa.
Al-tawazun (Bertindak seimbang)
Dalam ibadah puasa nilai-nilai al-tawazun tercermin pada aspek-aspek mental-spiritual, fisik-psikis dan sosial kemasyarakatan. Pada aspek mental-spiritual, pribadi manusia yang berpuasa dilatih keseimbangan rohani dan jasmani. Artinya dengan berpuasa manusia diingatkan agar tidak terlalu berat sebelah dan cenderung berlebihan pada hal-hal material yang berakibat tergrogoti nilai-nilai kemanusiaannya (dehumanisasi). Jiwa dan pikiran manusia tidak boleh terfokus terlalu jauh hanya mengejar duniawi sehingga menimbulkan penyakit-penyakit hati.
Keseimbangan pada aspek sosial kemasyarakatan juga akan terjadi pada orang-orang yang berpuasa. Saat berpuasa ketimpangan sosial akan segera dieliminasi dengan digalakkannya sedekah, infak dan zakat yang menimbulkan rasa kepedulian sosial.
At-tawassuth (Berperilaku moderat)
Sikap tengah-tengah antara dua titik ekstrem adalah at-tawassuth. Ibadah puasa merupakan sikap tengah-tengah antara materialisme ekstrem dengan mengabaikan dimensi spiritual-rohaniah dalam kehidupan manusia sehingga bersikap hedonis, atheis dan materialistis tidak perlu berpuasa dan berlapar-lapar diri sepanjang tahun. Sikap at-tawassuth pada orang-orang yang berpuasa mengejawantah pada pribadi dan masyarakat dengan sikap yang tenang, tentram, adil dan sejahtera.
Al-tasamuh (Bersikap toleran)
Ajaran at-tasamuh mengandung makna bersikap toleransi, saling menghargai, lapang dada, suka memaafkan dan bersikap terbuka dalam menghadapi perbedaan, kemajemukan dan pluralitas. Prinsip ketiga dari nilai dasar Aswaja ini sangat terlihat jelas pada pribadi orang-orang yang berpuasa. Misalnya, adanya perbedaan penetapan awal Ramadan, warga NU dan umat Islam Indonesia menyikapi hal itu dengan penuh toleran, saling menghargai dan bersikap lapang dada. Hal ini juga terlihat pada perbedaan jumlah rakaat shalat taraweh juga disikapi seperti di atas.
Al-i’tidal (berpihak pada kebenaran)
Ajaran al-i’tidal (berpihak pada kebenaran) merupakan sikap yang adil dan konsisten pada hal-hal yang lurus, benar dan tepat. Dalam beribadah puasa, manusia konsisten menyucikan diri untuk mendekatkan rohnya kepada yang Maha Suci. Manusia saat berpuasa selalu memuji Allah SWT (bertahmid) dan membesarkan nama Allah SWT (bertakbir) untuk melepaskan dirinya dari pujian-pujian yang pada hakekatnya pujian itu hanya milik Allah SWT.
Dan terakhir beliau menyampaikan bahwa semoga kegiatan ini dapat berjalan lancar setiap tahunnya.(andalan)